Rabu, 05 Agustus 2020
Kita Tak Berbeda
Renungan : Akankah Kita
Ketika lautan manusia lelap dalam tidurnya
Mengarungi dunia mimpi yang panjang
Akankah kita yang dipilih
Untuk rukuk sujud dalam
keheningan
Ketika lautan manusia mengadakan perjamuan yang agung
Penuh anggur-anggur kelezatan
Akankah kita yang dipilih
Menahan haus dan lapar
Ketika ramadhan datang bertandang
Ketika lautan manusia menyanyikan kidung cinta
Menari riang gembira merayakan dunia fatamorgana
Akankah kita yang dipilih
Untuk melantunkan kalam Illahi Rabbi
Menutup telinga dari irama yang melalaikan hati
Ketika lautan manusia menjuntaikan mahkota terindah mereka
Menampakkan keindahan tubuhnya
Penuh warna-warni hiasan yang menggoda
Akankah kita yang dipilih
Untuk menyembunyikan mahkota yang berharga
Dengan lembaran-lembaran hijab yang mulia
Ketika lautan manusia mengumbar pandangan mereka
Bebas memandang apa yang ada
Akankah kita yang dipilih
Untuk menundukan pandangan menjaga kehormatan dan kemulian
Ketika lautan manusia bergandengan bersama
Bercumbu mesra dikhalayak terbuka
Akankah kita yang dipilih
Untuk menjaga kesucian hati dan jiwa
Ketika lautan manusia mencaci maki seenaknya
Sumpah serapah tanpa tata krama
Akankah kita yang dipilih
Untuk menahan lisan, mengendalikan kemarahan
Ketika lautan manusia dalam kegelapan
Hilang sesat tanpa bimbingan
Akankah kita yang dipilih
Mendapatkan cahaya iman
Pembeda kebenaran dan kebatilan
Menegakkan apa yang seharusnya ditegakkan
Menebarkan apa yang seharusnya ditebarkan
Alquran dan sunah yang mulia
Meski manusia memandangmu hina
Rabbku akankah kami yang dipilih oleh Mu
Untuk selamat diantara banyaknya yang tersesat
Akankah kami yang Engkau pilih
Bimbinglah kami untuk selalu menetapi kebaikan yang selalu
Engkau kehendaki.
Kapas-Kapas Remaja (Catatan Kecil untuk Remaja)
Seperti
kapas yang dengan eloknya diterbangkan sang angin. Indah, tampaknya saja indah
tapi rapuh, tapi tak utuh. Kemana angin mau ia akan tunduk, tak peduli raganya
terderai menjadi serpihan kecil yang tak lagi kukuh.
Begitulah
remaja yang tak punya prinsip. Pergi kemana saja arus jaman membawanya. Jika
jaman itu miskin akhlak, miskin moral, jauh dari peradaban islam, maka ia akan
mengikutinya. Jika jaman itu mendewakan budaya barat, menjunjung tinggi
kebebasan ala-ala mereka, maka mereka akan mengikutinya.
Bagi
mereka menjaga kesucian bak wanita-wanita yang dipingit adalah kampungan bin
kuno. Mereka kira dengan mengikuti arus jaman adalah mengukuhkan eksistensi
diri, layaknya menggenggam air telaga yang menyejukan, tapi nyatanya adalah
bara api yang menikam kesucian.
Tangan
mereka diberikan kepada siapa saja yang ingin mengecupnya. Mereka kira bangga
tapi nista sejatinya. Itulah remaja yang selalu mengumbar keindahan tubuh dan
mengumbar cintanya untuk siapa saja yang tak halal bagi mereka.
Duhai remaja, kemana kau
akan pergi jika jaman menyuruhmu membodohi diri sendiri. Kemana jiwamu
akan berlari, jika jaman memintamu menelanjangi harga diri. Ke mana kau akan
lari, jika Tuhanmu sendiri tak kau kenali.
Kalian hidup dengan
prinsip tapi bagai tak berprinsip. Hidup tak berprinsip, lantas bebas semena
nafsu layaknya binatang yang tak berakal.
Duhai remaja, kemana kau
akan berikan salam hormatmu. Jika ayah bundamu hanya ada di selembar akta
lahirmu, lalu kau usir dari cerita hidupmu yang tampak lebih megah dengan
kawan-kawanmu.
Kemana kau akan terus
tumbuh, jika kau ingin terus bebas tanpa bimbingan orang tuamu dan para gurumu.
Ke mana kau akan tumbang, ke dunia baratkah, ke dunia timurkah. Menjadi pemuja
nafsukah atau pemuja akalkah.
Duhai remaja, jadilah
remaja yang kokoh prinsip iman dan islam. Agar saat kau roboh nanti, kau akan
roboh dalam ajaran Rabbmu. Agar saat kau luruh nanti, kau luruh dalam bimbingan
Rabbmu. Sebagai tunas-tunas muda harapan Rabbmu untuk memuliakan kembali
agama-Nya. Sebagai tiang-tiang harapan umat yang akan menjadikan islam semakin
tinggi menjulang.
Duhai remaja, janganlah
memilih menjadi kapas yang tampak indah jika terbang saja, namun amat rapuh
bila terhantam badai. Tapi jadilah kau angin perubahan yang mampu membawa hujan
kebaikan.
Menggunakan masa remaja
tak hanya untuk menjadi remaja saja. Namun menjadi remaja yang berprinsip kuat,
tak mudah goyah oleh kebobrokan jaman. Tak mudah goyah oleh iming-iming
hura-hura persahabatan.
Jadilah remaja yang kuat
prinsipnya, agar masa tuamu nanti tak menyesal sia-sia. Jadilah remaja yang
mengenal Rabbnya dan ajaran-Nya, agar masa mudamu tak terbuang percuma, lalu
kau bisa mempertanggungjawabkan masa mudamu kepada Rabbmu dengan bangga di hari
pembalasan kelak.
Distance
Ketika kau merasa ada jarak
antara dirimu dan Rabbmu, maka sesungguhnya kau sendiri yang membuat jarak itu.
Maka, tanyakanlah kepada hati kecilmu kenapa jarak itu mulai tercipta.
Ketika kau merasa
Rabbmu menjauh darimu,
maka mintalah fatwa pada hatimu. Rabbmu yang menjauhimu atau engkau yang perlahan jauh dari-Nya tanpa sadar. Kenapa rasa jauh itu tercipta ketika kau suatu saat bisa merasakan rasa dekatnya.
Mungkinkah kau tertarik ke dalam pusara kemaksiatan tanpa sadar. Mungkinkah kau tak sabar untuk berdiam dalam perintah-Nya yang besar.
Mungkinkah kau melakukannya dengan sadar karna tak mampu bersabar. Mungkinkah kau berdosa tanpa merasa.
Adakah jiwa yang fajir merasuki alam bawah sadarmu. Adakah setan yang terusir kembali menggrogoti titik nadimu.
Hingga kau seolah tidur dalam kubangan kemaksiatan, tanpa sadar telah melanggar. Rabbmu sekalipun tak ‘kan pernah mau membiarkanmu sendiri tersesat.
Hanya engkau yang mau sendiri dan tersesat sendiri. Engkau
yang tertipu dengan kenikmatan dunia yang semu
Lihatlah tornado yang kencang, yang siap meluluhlantakkan duniamu tanpa sisa sekejap mata. Seperti itulah dunia akan hilang kapan ia suka.
Lalu kenapa kau masih mengagungkan dunia. Dunia yang kau tau akan lenyap dengan segera sekarang ataupun nanti.
Lalu kenapa kau masih acuh akan kehidupan setelah matimu, saat kau tau itu adalah hakiki.
Rabbmu mampu menyusun takdirmu bahkan sebelum tersusun tulangmu. Lalu kenapa ia tak mampu mematikanmu sebelum kau sadar akan kematianmu.
Maka jadilah pengembara yang
hanya singgah untuk berteduh di dunia ini saja.
Jangan pernah berharap untuk tinggal dalam keabadiaan di tempat pengembaraan, karena tempat pulang terakhirmu adalah di akhirat kelak, karena ujung pengembaraanmu berakhir di sana kelak.
Maka jangan biarkan jarak yang tercipta semakin melebar atau
engkau akan menyesal di kehidupan kini ataupun nanti.
Hati Seorang Ibu
![]() |
Foto oleh Pexels |
Nak, ingin sekali ibu menyalahkan diri sendiri yang terlalu melibatkan hati pada apa-apa tentangmu. Bagaimana tidak karena kau separuh hatiku. Ketika kau salah dalam melangkah aku tak ingin melibatkan hatiku untuk tidak memarahimu. Aku tak ingin melibatkan sayangku yang terlampau parah untuk tidak menegurmu.
Jika
kau salah arah ibumu ini pun akan merasa bersalah. Aku ingin slalu melibatkan
hukum Tuhan untuk setiap hal tentangmu. Walau kadang hatiku sering melemah
karena terlalu sayang padamu.
Nak,
surga itu perlu diperjuangkan bukan hanya diangankan dan diimpikan. Kau perlu
melibatkan doa dan air mata untuk mendekatinya. Kau perlu terjatuh luruh untuk
sedikit ke arahnya.
Sekuat
apapun ibumu ini menjadi tameng nerakamu kau akan tetap ke arahnya jika kau
memang menginginkannya. Sekuat apapun ibu menjadi jalan surga untukmu kau akan
tetap menjauh darinya. Kalau kau menginginkannya.
Tahukah kau siapa yang menginginkan neraka dan tak menginginkan surga. Ia adalah orang-orang yang melakukan perbuatan ahli neraka walau hati kecilnya menginginkan surga.
Dengarlah nak, surga tak cukup hanya diingini tapi
diperjuangkan, dengan luka air mata, dengan lebam ruam memendam hasrat dan
dengan perih merintih menahan terjangan badai.