Rabu, 05 Agustus 2020

Kita Tak Berbeda




Jika  kau pernah merasa kehilangan akupun sama. Jika kau pernah jatuh lalu mimpimu meninggalkanmu seorang diri, berselimut kegagalan dalam malam gelap seorang  diri akupun sama. Kita tak berbeda. 

Bahuku mungkin tak akan selalu ada untukmu, namun doaku akan hadir tak perlu kau pinta.
 
Bahuku memang tak mampu menopangmu, namun tanganku ingin selalu mengulur padamu, menarikmu berdiri untuk bangkit lagi. 

Tanganku akan menggandeng tanganmu untuk terus berjalan bersama melewati dunia.

Jika kau pernah patah hati ditinggal seorang diri akupun sama. Tak ada tangan manusia yang ingin menghapus air matamu. Hanya bisa mengandalkan janji Rabbmu untuk terus bisa bertahan menghadapi pahitnya dunia. 

Aku mungkin tak akan selalu ada untuk menghapus air matamu, namun kupastikan Rabbku selalu ada untukmu. Kita disatukan oleh Rabb yang satu dan disatukan oleh pahit yang padu.

Seperti berteduh di bawah atap langit biru yang sama setiap hari. Biarpun raga tak saling mendekat namun hati tak bersekat. Aku akan menguatkanmu, dan kamu akan menguatkanku. Beriringan saling menguatkan melewati kerasnya dunia.
Jika kau pernah terasing seorang diri, ditemanai kesepian dan ditertawakan keramaian akupun sama, kita tak berbeda. Kita pernah terpuruk begitu dalam dan tak tahu cara untuk bangkit.

Kita pernah merasa begitu tak biasa dari manusia biasa. Kita pernah merasa berbeda dari manusia selayaknya, menemui dunia yang rumit dan aneh. 

Melihat apa yang tak mereka lihat, mendengar apa yang tak mereka dengar. Ya, kita sama, kita tak berbeda.
Kita dimanja oleh luka dan air mata, dihujani tatapan sebelah mata. 

Sungguh aku tahu betul apa yang kau rasa, dan kau tak sendiri. Seorang yang sama-sama terluka saling menguatkan, seorang yang sama-sama rapuh saling menyemangati.

Setidaknya kau tahu satu hal, bahwa kau tak sendiri di dunia yang begitu sulit ini. Kau tak sendiri berjuang untuk hidup  ini. Setidaknya kau tahu satu hal, ada yang sama denganmu dan saling menguatkan bersama walau hanya lewat doa dan kata.





Renungan : Akankah Kita



Ketika lautan manusia lelap dalam tidurnya

Mengarungi dunia mimpi yang panjang

Akankah kita yang dipilih

Untuk rukuk sujud dalam
keheningan

 

Ketika lautan manusia mengadakan perjamuan yang agung

Penuh anggur-anggur kelezatan

Akankah kita yang dipilih

Menahan haus dan lapar

Ketika ramadhan datang bertandang

 

Ketika lautan manusia menyanyikan kidung cinta

Menari riang gembira merayakan dunia fatamorgana

Akankah kita yang dipilih

Untuk melantunkan kalam Illahi Rabbi

Menutup telinga dari irama yang melalaikan hati

 

Ketika lautan manusia menjuntaikan mahkota terindah mereka

Menampakkan keindahan tubuhnya

Penuh warna-warni hiasan yang menggoda

Akankah kita yang dipilih

Untuk menyembunyikan mahkota yang berharga

Dengan lembaran-lembaran hijab yang mulia

 

Ketika lautan manusia mengumbar pandangan mereka

Bebas memandang apa yang ada

Akankah kita yang dipilih

Untuk menundukan pandangan menjaga kehormatan dan kemulian

 

Ketika lautan manusia bergandengan bersama

Bercumbu mesra dikhalayak terbuka

Akankah kita yang dipilih

Untuk menjaga kesucian hati dan jiwa

 

Ketika lautan manusia mencaci maki seenaknya

Sumpah serapah tanpa tata krama

Akankah kita yang dipilih

Untuk menahan lisan, mengendalikan kemarahan

 

Ketika lautan manusia dalam kegelapan

Hilang sesat tanpa bimbingan

Akankah kita yang dipilih

Mendapatkan cahaya iman

Pembeda kebenaran dan kebatilan

Menegakkan apa yang seharusnya ditegakkan

Menebarkan apa yang seharusnya ditebarkan

Alquran dan sunah yang mulia

Meski manusia memandangmu hina

 

Rabbku akankah kami yang dipilih oleh Mu

Untuk selamat diantara banyaknya yang tersesat

Akankah kami yang Engkau pilih

Bimbinglah kami untuk selalu menetapi kebaikan yang selalu Engkau kehendaki.


Kapas-Kapas Remaja (Catatan Kecil untuk Remaja)

Seperti kapas yang dengan eloknya diterbangkan sang angin. Indah, tampaknya saja indah tapi rapuh, tapi tak utuh. Kemana angin mau ia akan tunduk, tak peduli raganya terderai menjadi serpihan kecil yang tak lagi kukuh.

Begitulah remaja yang tak punya prinsip. Pergi kemana saja arus jaman membawanya. Jika jaman itu miskin akhlak, miskin moral, jauh dari peradaban islam, maka ia akan mengikutinya. Jika jaman itu mendewakan budaya barat, menjunjung tinggi kebebasan ala-ala mereka, maka mereka akan mengikutinya.

Bagi mereka menjaga kesucian bak wanita-wanita yang dipingit adalah kampungan bin kuno. Mereka kira dengan mengikuti arus jaman adalah mengukuhkan eksistensi diri, layaknya menggenggam air telaga yang menyejukan, tapi nyatanya adalah bara api yang menikam kesucian.

Tangan mereka diberikan kepada siapa saja yang ingin mengecupnya. Mereka kira bangga tapi nista sejatinya. Itulah remaja yang selalu mengumbar keindahan tubuh dan mengumbar cintanya untuk siapa saja yang tak halal bagi mereka. 

Duhai remaja, kemana kau akan pergi jika jaman menyuruhmu membodohi diri sendiri. Kemana jiwamu akan berlari, jika jaman memintamu menelanjangi harga diri. Ke mana kau akan lari, jika Tuhanmu sendiri tak kau kenali.

Kalian hidup dengan prinsip tapi bagai tak berprinsip. Hidup tak berprinsip, lantas bebas semena nafsu layaknya binatang yang tak berakal. 

Duhai remaja, kemana kau akan berikan salam hormatmu. Jika ayah bundamu hanya ada di selembar akta lahirmu, lalu kau usir dari cerita hidupmu yang tampak lebih megah dengan kawan-kawanmu.

Kemana kau akan terus tumbuh, jika kau ingin terus bebas tanpa bimbingan orang tuamu dan para gurumu. Ke mana kau akan tumbang, ke dunia baratkah, ke dunia timurkah. Menjadi pemuja nafsukah atau pemuja akalkah.

Duhai remaja, jadilah remaja yang kokoh prinsip iman dan islam. Agar saat kau roboh nanti, kau akan roboh dalam ajaran Rabbmu. Agar saat kau luruh nanti, kau luruh dalam bimbingan Rabbmu. Sebagai tunas-tunas muda harapan Rabbmu untuk memuliakan kembali agama-Nya. Sebagai tiang-tiang harapan umat yang akan menjadikan islam semakin tinggi menjulang.

Duhai remaja, janganlah memilih menjadi kapas yang tampak indah jika terbang saja, namun amat rapuh bila terhantam badai. Tapi jadilah kau angin perubahan yang mampu membawa hujan kebaikan.

Menggunakan masa remaja tak hanya untuk menjadi remaja saja. Namun menjadi remaja yang berprinsip kuat, tak mudah goyah oleh kebobrokan jaman. Tak mudah goyah oleh iming-iming hura-hura persahabatan.

Jadilah remaja yang kuat prinsipnya, agar masa tuamu nanti tak menyesal sia-sia. Jadilah remaja yang mengenal Rabbnya dan ajaran-Nya, agar masa mudamu tak terbuang percuma, lalu kau bisa mempertanggungjawabkan masa mudamu kepada Rabbmu dengan bangga di hari pembalasan kelak.

 

 


Distance




Jarak itu tercipta lalu terbuka, semakin lama semakin terbuka, melebar tanpa sadar, terlempar tanpa sadar. 

Bimbing aku kembali lagi, ajak aku berlari lagi, berlari mengejar cinta Ilahi Rabbi. Genggam tanganku lagi, jangan kau lepaskan hingga kita bergandengan dalam taman-taman surga yang menawan.

Ketika kau merasa ada jarak antara dirimu dan Rabbmu, maka sesungguhnya kau sendiri yang membuat jarak itu. Maka, tanyakanlah kepada hati kecilmu kenapa jarak itu mulai tercipta.

Ketika kau merasa Rabbmu menjauh darimu, maka mintalah fatwa pada hatimu. Rabbmu yang menjauhimu atau engkau yang perlahan jauh dari-Nya tanpa sadar. Kenapa rasa jauh itu tercipta ketika kau suatu saat bisa merasakan rasa dekatnya.

Mungkinkah kau tertarik ke dalam pusara kemaksiatan tanpa sadar. Mungkinkah kau tak sabar untuk berdiam dalam perintah-Nya yang besar. 

Mungkinkah kau melakukannya dengan sadar karna tak mampu bersabar. Mungkinkah kau berdosa tanpa merasa. 

Adakah jiwa yang fajir merasuki alam bawah sadarmu. Adakah setan yang terusir kembali menggrogoti titik nadimu. 

Hingga kau seolah tidur dalam kubangan kemaksiatan, tanpa sadar telah melanggar. Rabbmu sekalipun tak ‘kan pernah mau membiarkanmu sendiri tersesat. 

Hanya engkau yang mau sendiri dan tersesat sendiri. Engkau yang tertipu dengan kenikmatan dunia yang semu

Lihatlah tornado yang kencang, yang siap meluluhlantakkan duniamu tanpa sisa sekejap mata. Seperti itulah dunia akan hilang kapan ia suka.

Lalu kenapa kau masih mengagungkan dunia. Dunia yang kau tau akan lenyap dengan segera sekarang ataupun nanti. 


Lalu kenapa kau masih acuh akan kehidupan  setelah matimu, saat kau tau itu adalah hakiki.

Rabbmu mampu menyusun takdirmu bahkan sebelum tersusun tulangmu. Lalu kenapa ia tak mampu mematikanmu sebelum kau sadar akan kematianmu. 


Maka jadilah pengembara yang hanya singgah untuk berteduh di dunia ini saja.

Jangan pernah berharap untuk tinggal dalam keabadiaan di tempat pengembaraan, karena tempat pulang terakhirmu adalah di akhirat kelak, karena ujung pengembaraanmu berakhir di sana kelak. 


Maka jangan biarkan jarak yang tercipta semakin melebar atau engkau akan menyesal di kehidupan kini ataupun nanti.


Hati Seorang Ibu

Foto oleh Pexels




Nak, ingin sekali ibu menyalahkan diri sendiri yang terlalu melibatkan hati pada apa-apa tentangmu. Bagaimana tidak karena kau separuh hatiku. Ketika kau salah dalam melangkah aku tak ingin melibatkan hatiku untuk tidak memarahimu. Aku tak ingin melibatkan sayangku yang terlampau parah untuk tidak menegurmu.

 

Jika kau salah arah ibumu ini pun akan merasa bersalah. Aku ingin slalu melibatkan hukum Tuhan untuk setiap hal tentangmu. Walau kadang hatiku sering melemah karena terlalu sayang padamu.


Nak, surga itu perlu diperjuangkan bukan hanya diangankan dan diimpikan. Kau perlu melibatkan doa dan air mata untuk mendekatinya. Kau perlu terjatuh luruh untuk sedikit ke arahnya.

 

Sekuat apapun ibumu ini menjadi tameng nerakamu kau akan tetap ke arahnya jika kau memang menginginkannya. Sekuat apapun ibu menjadi jalan surga untukmu kau akan tetap menjauh darinya. Kalau kau menginginkannya.

 

Tahukah kau siapa yang menginginkan neraka dan tak menginginkan surga. Ia adalah orang-orang yang melakukan perbuatan ahli neraka walau hati kecilnya menginginkan surga. 


Dengarlah nak, surga tak cukup hanya diingini tapi diperjuangkan, dengan luka air mata, dengan lebam ruam memendam hasrat dan dengan perih merintih menahan terjangan badai.

 

Sumber: Buku Senja di Purbalingga Karya Novi Kurniasih (Khansa Kurnia)